Episode : Melankolia Tengah Malam
melankolia tengah malam
seribu dialog mencerca pucuk supernova
tertinggal nafas sepi melakon riak
malam tengah malam luka
sayap-sayap perak patah merana
dan hati remuk redam
mencumbumu tak berbayang
senjakalanya bimbang
merengkuhmu,,,,
begitu mustahil bagiku
Episode : Memori Jingga
Ketika musim gugur jingga 10 okt0ber dua taun kembar silam,
aku mengenal merana dari tumpukan patah
aku menjangkau tangis lewat noktah-noktah nelangsa malam
lebih sekadar mengatai-ngatai cinta
sementara mapple-mapple tua bedialog muram,
aku merindui brighfield sungguh
secangkir coffe-late di lidah biru, jalan avenue setapak yg kerap bisu
disisakan perkamen dgn kata-kata lapuk pertemanan
biarkan aku mendapati brightfield
mencumbu bias brightlake
dan aku belum melupa-
Episode : Ingin Ku Bunuh Kekasihmu
ingin ku bunuh kekasihmu
ku sayat-sayat bola mata liciknya
di jalanan merah berdarah-darah, kembali lagu lampu cemburu muram
bulan itu yang memakan tawaku
sembari menangkapmu yang bercumbu diantara selangkangan lidah lelaki itu
ingin ku hujam tubuh kekasihmu
ketika kau beri dirinnya reranting hatimu yang pernah untukku
angin-angin timur bekui kerinduanku
segala lumpuh melayu di muara noktah-noktah nestapa
aku ingin bunuh lelakimu
dia yang kau cumbu di bawah langit oktoberku
terlalu...
Episode: Ketika Sepi Membijaki
kesepian itu yang mengawali bijak
dan angin-angin menggurui lelakon hari penghujan
ya, aku menunggui sayap-sayap mentari yang gugur
ketika sunyi telah bernama untuk kekosongan sanubari
aku pun sekian enggan merancau langkah-langkah tak becus ini
terlalu lama memancing getir
apalagi mengkonotasikan mendung, petir, dan muram sepetik
aku tak sekolot untuk membunuh barisan episode ini
dan pun ulangi babak kegalauan hati yang penat itu
kembali ku tulis bahwa sepi mengawali bijak
rambutmu yang kering menarik kupu-kupu emas siang ini
buat apa lagi ku sangsi
karena sepi yang membijaki
bahwa sayap-sayap yang luruh di bulu mataku
adalah kamu yang satu
Episode: Menanti Peluk Pejammu
Ku susuri terang nurani
sediakalanya secarik senja kunjung menguncup sanubari
menantimu diantara petang-petang masa
ya, ku masih pejamkan mata hati untuk se0rang lainnya
Ku tunggu kau bersama detik-detik sepi menguntai
ku nanti kau
bersama cinta merah jambu yg temaram
kekasih, aku risau di segala mega
namun ku ceritakan kau penuh sloka romansa
dan ku menanti
meski miliaran supernova mencibir kesendirianku.
karena masih ku yakinkan hatiku
kau kembali membagi peluk dan cinta itu
lagi
Episode: Intonasi Malam Tentang Malamnya
Ku ingin kembalikan supern0va
menyapu langit dengan biru rubi mimpi tua
sambil mend0ngengkanmu tentang alkisah malam dahulu sgala balik kemalam
dan ku kembalikan
Aku pernah mengatai angin,
aku pernah bertikai dgn petir
aku pernah bergurau pd langit
namun aku pernah bohong melukai malam ini
tiada yg mengganti malam pekat
melankolia tengah malam
seribu dialog mencerca pucuk supernova
tertinggal nafas sepi melakon riak
malam tengah malam luka
sayap-sayap perak patah merana
dan hati remuk redam
mencumbumu tak berbayang
senjakalanya bimbang
merengkuhmu,,,,
begitu mustahil bagiku
Episode : Memori Jingga
Ketika musim gugur jingga 10 okt0ber dua taun kembar silam,
aku mengenal merana dari tumpukan patah
aku menjangkau tangis lewat noktah-noktah nelangsa malam
lebih sekadar mengatai-ngatai cinta
sementara mapple-mapple tua bedialog muram,
aku merindui brighfield sungguh
secangkir coffe-late di lidah biru, jalan avenue setapak yg kerap bisu
disisakan perkamen dgn kata-kata lapuk pertemanan
biarkan aku mendapati brightfield
mencumbu bias brightlake
dan aku belum melupa-
Episode : Ingin Ku Bunuh Kekasihmu
ingin ku bunuh kekasihmu
ku sayat-sayat bola mata liciknya
di jalanan merah berdarah-darah, kembali lagu lampu cemburu muram
bulan itu yang memakan tawaku
sembari menangkapmu yang bercumbu diantara selangkangan lidah lelaki itu
ingin ku hujam tubuh kekasihmu
ketika kau beri dirinnya reranting hatimu yang pernah untukku
angin-angin timur bekui kerinduanku
segala lumpuh melayu di muara noktah-noktah nestapa
aku ingin bunuh lelakimu
dia yang kau cumbu di bawah langit oktoberku
terlalu...
Episode: Ketika Sepi Membijaki
kesepian itu yang mengawali bijak
dan angin-angin menggurui lelakon hari penghujan
ya, aku menunggui sayap-sayap mentari yang gugur
ketika sunyi telah bernama untuk kekosongan sanubari
aku pun sekian enggan merancau langkah-langkah tak becus ini
terlalu lama memancing getir
apalagi mengkonotasikan mendung, petir, dan muram sepetik
aku tak sekolot untuk membunuh barisan episode ini
dan pun ulangi babak kegalauan hati yang penat itu
kembali ku tulis bahwa sepi mengawali bijak
rambutmu yang kering menarik kupu-kupu emas siang ini
buat apa lagi ku sangsi
karena sepi yang membijaki
bahwa sayap-sayap yang luruh di bulu mataku
adalah kamu yang satu
Episode: Menanti Peluk Pejammu
Ku susuri terang nurani
sediakalanya secarik senja kunjung menguncup sanubari
menantimu diantara petang-petang masa
ya, ku masih pejamkan mata hati untuk se0rang lainnya
Ku tunggu kau bersama detik-detik sepi menguntai
ku nanti kau
bersama cinta merah jambu yg temaram
kekasih, aku risau di segala mega
namun ku ceritakan kau penuh sloka romansa
dan ku menanti
meski miliaran supernova mencibir kesendirianku.
karena masih ku yakinkan hatiku
kau kembali membagi peluk dan cinta itu
lagi
Episode: Intonasi Malam Tentang Malamnya
Ku ingin kembalikan supern0va
menyapu langit dengan biru rubi mimpi tua
sambil mend0ngengkanmu tentang alkisah malam dahulu sgala balik kemalam
dan ku kembalikan
Aku pernah mengatai angin,
aku pernah bertikai dgn petir
aku pernah bergurau pd langit
namun aku pernah bohong melukai malam ini
tiada yg mengganti malam pekat
melankolia tengah malam
seribu dialog mencerca pucuk supernova
tertinggal nafas sepi berlakon riak
malam tengah malam luka
sayap-sayap perak patah merana
dan hati remuk redam
mencumbumu tak bebayang
senjakalanya bimbang
merengkuhmu,,,, Artikel Terkait di Bawah posting
0 komentar:
Posting Komentar